12.11.2009

Jumat, 11/12/2009 11:26 WIB
Ikopin Tolak RPP Penyadapan, Menkominfo Diibaratkan Bajak Laut
Baban Gandapurnama - detikBandung



Bandung - Sekitar 20 massa dari Keluarga Mahasiswa (KEMA) Ikopin berunjuk rasa di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Jumat (11/12/2009). Mereka menolak Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) penyadapan yang dianggap akan mengkebiri kinerja Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) dalam mengungkap kasus korupsi di Indonesia.

"Kita menolak RPP penyadapan, dengan adanya RPP akan memandulkan KPK," ujar Koordinator Aksi Abdul Haris di sela-sela aksinya.

Abdul menambahkan, dengan dibuatnya RPP tersebut, pemerintah tidak mendukung kinerja KPK untuk memberantas korupsi. "Bila RPP penyadapan ada, maka akan menghambat KPK untuk mengusut kasus korupsi," imbuhnya.

Massa yang memakai jas almamater berwarna kuning tersebut, membawa foto Menkominfo Tifatul Sembiring yang diibaratkan sebagai bajak laut. Mata sebelah kanan Tifatul ditutup dengan coretan spidol hitam dan dibawahnya terdapat tulisan 'Bajak Laut'. "Bajak laut ini kan simbol yang tidak baik, dan simbol yang tidak becus," ujarnya.

Selain itu, massa juga membawa spanduk bertuliskan 'Tolak RPP penyadapan, jangan lemahkan KPK-ku', dan 'Hentikan Proses Pembuatan RPP penyadapan'.
(avi/lom)

Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari browser ponsel anda!

4.17.2009

PRAMUKA

Bapak Pramuka di Indonesia

Sri Sultan Hamengkubuwono IX ( Sompilan Ngasem, Yogyakarta, 12 April 1912 - Washington, DC, AS, 1 Oktober 1988 ) adalah seorang Raja Kasultanan Yogyakarta dan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta. Beliau juga Wakil Presiden Indonesia yang kedua antara tahun 1973-1978. Beliau juga dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia, dan pernah menjabat sebagai Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka (1961 - 1974)


Biografi
Lahir di Yogyakarta dengan nama GRM Dorojatun pada 12 April 1912, HamengkubuwonoIX adalah putra dari Sri Sultan Hamengkubuwono VIII dan Raden Ajeng Kustilah. Diumur 4 tahun Hamengkubuwono IX tinggal pisah dari keluarganya. Dia memperoleh pendidikan di HIS di Yogyakarta, MULO di Semarang, dan AMS di Bandung. Pada tahun 1930-an beliau berkuliah di Universiteit Leiden, Belanda (”SultanHenkie”).
Hamengkubuwono IX dinobatkan sebagai Sultan Yogyakarta pada tanggal 18 Maret 1940 dengan gelar “Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun Kanjeng Sultan HamengkubuwonoSenopati Ing Alogo Ngabdurrokhman Sayidin Panotogomo Kholifatulloh Ingkang Kaping Songo”. Beliau merupakan sultan yang menentang penjajahan Belanda dan mendorong kemerdekaan Indonesia. Selain itu, dia juga mendorong agar pemerintah RI memberi status khusus bagi Yogyakarta dengan predikat “Istimewa”. Sejak 1946 beliau pernah beberapa kali menjabat menteri pada kabinet yang dipimpin Presiden Soekarno. Jabatan resminya pada tahun 1966 adalah ialah Menteri Utama di bidang Ekuin.

Pada tahun 1973 beliau diangkat sebagai wakil presiden. Pada akhir masa jabatannya pada tahun 1978, beliau menolak untuk dipilih kembali sebagai wakil presiden dengan alasan kesehatan. Namun, ada rumor yang mengatakan bahwa alasan sebenarnya ia mundur adalah karena tak menyukai Presiden Soeharto yang represif seperti pada Peristiwa Malari dan hanyut pada KKN.
Minggu malam pada 1 Oktober 1988 ia wafat di George Washington University Medical Centre, Amerika Serikat dan dimakamkan di pemakaman para sultan Mataram di Imogiri.